Haruskah Bekerja Sesuai Passion? Mendayung Di Antara Dua Karang

Mungkin kita sering mendengar dari orang tua kita tentang pengalaman mereka pasca lulus dari bangku SMA/kuliah. Umumnya tak ada perbincangan seputar “mencari minat” atau “kerja sesuai passion”. Itu kemewahan yang tak mereka nikmati. 

Alih-alih, fokus pada saat itu ialah bagaimana mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga. Atau berobat orangtua. Maupun untuk pendidikan adik. Singkatnya, bekerja adalah perihal menjaga dapur keluarga tetap mengepul.  

Namun zaman telah berubah. Hari ini, sekadar scrolling di Instagram/TikTok/YouTube barang lima menit akan membawa kita bertemu dengan konten-konten soal passion dalam kerja. Para influencers berlomba-lomba untuk mengajarkan cara menemukan passion dalam karir. Atau setidaknya menuding kerja yang tidak sessuai passion sebagai sumber penderitaan.

Meski demikian, benarkah bahwa bekerja harus sesuai passion?

Passion dan Lain-lain

Tentunya, ada manfaat dari bekerja sesuai passion. Ketika kita benar-benar menggemari apa yang kita kerjakan, umumnya kita akan lebih termotivasi untuk membanting tulang dalam hal tersebut. 

Sebagai contoh, Lyodra Ginting yang sangat mencintai menyanyi akan rela untuk latihan vokal berjam-jam tiap harinya. Atau Bong Chandra, yang suka berbicara di depan publik, siap untuk menghabiskan berjam-jam membaca buku untuk persiapan. 

Singkatnya, passion bisa mendorong kita untuk bertahan bersusah-payah dalam bekerja. Meski demikian, ada banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam kita memilih pekerjaan kita. 

Ada kalanya  passion tidak dapat memberikan penghasilan yang memadai. Sebagai contoh, seorang pemuda yang sangat passionate dalam melipat pesawat kertas. Meskipun ia sangat menjiwai bidang tersebut dan hasil lipatannya begitu menawan, kemungkinan besar akan tetap sulit baginya untuk memiliki penghasilan yang memadai melalui menjual pesawat kertas. 

Karena itu, dalam memilih pekerjaan, ada baiknya untuk tidak membuat keputusan hanya berdasarkan passion kita. Sebaliknya, pertimbangkan jugalah beberapa hal ini. 

  1. Penghasilan dan Benefit: apakah pekerjaan yang dipilih cukup untuk membiayai kehidupan kita?
  2. Growth: apakah pekerjaan yang diambil memperlengkapi kita dengan pengetahuan dan pengalaman yang ingin kita capai? 
  3. Jenjang Karir: bagaimana jenjang karir di tempat tersebut? Kantor yang baik umumnya akan mempunyai jenjang karir yang jelas. Misal: berapa tahun untuk naik jabatan menjadi supervisor/manajer.
  4. Lingkungan Kerja: apakah lingkungan tempat kerja supportive dan terisi orang-orang yang bisa membimbing karir kita? Tempat kerja yang toxic umumnya akan menghambat kita.

Singkatnya, ada banyak faktor yang harus kita pertimbangkan dalam memilih pekerjaan kita. Bukan hanya passion

Kabar baiknya, bila kita belum dapat bekerja sesuai passion dalam dunia kerja, kita tetap bisa mengejarnya di luar jam kerja. Dan ada banyak keunggulan dari mengejar passion di luar jam kerja.

Melipat Pesawat Kertas Sepulang Kerja

Mungkin kita sering mendengar ungkapan dibawah ini

“Find something you love to do and you’ll never have to work a day in your life.”

Tersirat dalam ungkapan ini ialah keyakinan bahwa ketika kita mencintai apa yang kita kerjakan, pekerjaan itu akan menjadi sangat ringan, sampai-sampai kita tidak merasa bekerja lagi. Faktanya, dunia kerja tidaklah seindah itu. 

Tanyakanlah pada CEO/Founder dari startup-startup manapun. Terlepas dari seberapa passionate para founders tentang perusahaan mereka, pekerjaan mereka tidak lantas menjadi mudah. Mereka masih tetap harus pontang-panting dalam mencari dana, mengembangkan produk, memperluas pasar, dan menjual barang/jasa. Dan mereka masih harus berkutat dalam hal-hal yang tidak tentu mereka sukai seperti membuat pembukuan dan melakukan pelaporan pajak. 

Dan ini bisa saja membuat mereka yang mengejar passion dalam dunia kerja malah bergerak menjadi tidak menyukai passion mereka karena tekanan dan tanggung jawab yang terasosiasi dengan passion mereka.

Bayangkan bekerja sebanyak 80 jam per minggu untuk hal yang kita jiwai. Namun, sambil bekerja, kita harus sambil memikirkan bagaimana membayar gaji staf untuk bulan ini karena pendanaan yang seret. Hal ini akan membuat kita sulit untuk menikmati apa yang kita kerjakan.

Sebaliknya, mengejar passion di luar dunia kerja memampukan kita untuk menarik garis yang tegas antara pekerjaan dan kehidupan. Rasa cinta kita terhadap passion kita akan tetap terjaga karena passion tidak terasosiasi dengan hal-hal buruk dari pekerjaan.

Dan kita bisa saja tetap penat dengan pekerjaan kita. Namun, melipat pesawat kerja (baca: passion) sepulang kerja akan terus menjadi hiburan kecil bagi kita tiap harinya. 

What’s Next?

Sampai di sini, sebagian orang mungkin sudah mulai tertarik untuk mengejar passion di luar pekerjaan. Namun, bukan berarti pekerjaan dan passion tak berhubungan sama sekali. Alih-alih, kita harus memilih pekerjaan yang dapat menunjang passion kita.

Ada beberapa kriteria dalam memilih pekerjaan yang menunjang passion kita. Yang pertama, pembagian waktu. Bila ingin mengejar passion yang membutuhkan banyak waktu, seperti berselancar di Bali, ada baiknya untuk memilih pekerjaan yang memang memberikan waktu luang lebih banyak. Untuk itu, hindarilah pekerjaan-pekerjaan yang menuntut jam kerja yang panjang, seperti menjadi auditor di salah satu perusahaan Big 4 (Deloitte, PWC, EY, KPMG). Perusahaan-perusahaan ini umumnya dikenal dengan kultur lembur yang panjang termasuk di akhir pekan.

Kedua, tuntutan pekerjaan. Pastikanlah bahwa pekerjaan yang kita kerjakan tidak melarang aktivitas-aktivitas terkait passion kita. Sebagai contoh, bagi mereka yang suka untuk bermain Poker, ada baiknya untuk menghindari bekerja di instansi pemerintahan. Pekerja di sektor publik umumnya memiliki tuntutan untuk menghindari aktivitas yang berlawanan dengan norma masyarakat. 

kerja sesuai passion

Sekapur Sirih

Media sosial dan influencers terus membombardir kita dengan pesan untuk mengejar passion kita dalam pekerjaan. Bagi sebagian orang, ini memang jalur yang layak ditempuh.Terutama bagi mereka yang bisa dibayar mahal untuk passion yang mereka kerjakan. Bekerja sesuai passion bisa menjadi motivasi ekstra karena memberikan makna dalam pekerjaan kita. 

Meski demikian, hal ini tidak berlaku bagi semua orang. Ada kalanya kita juga harus mempertimbangkan hal-hal lain di luar passion, seperti penghasilan yang ditawarkan maupun lingkungan pekerjaan. Dan ini pun dapat memberikan dampak yang baik karena memampukan kita untuk menarik garis batas yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan.

Selamat memilih!

Sedang cari kerja? Temukan pekerjaan impian kamu di CakeResume! Job Portal terbaik dan terpercaya di Indonesia. 🎉

--- Ditulis Oleh Stephen Antonius ---

Resume Builder

Build your resume only in minutes!

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles
Interview Skills
Apr 12th 2024

5 Cara Menjawab Berapa Gaji yang Anda Inginkan dalam Interview!

Ditanya "Berapa gaji yang Anda inginkan" saat interview? Kamu dapat menjawab dengan estimasi gaji dan alasanmu seperti “Di pekerjaan saya sebelumnya, saya menerima rata-rata gaji X juta sampai X juta dari fresh graduate hingga...