6 Strategi Cold Calling yang Efektif! [+Contoh]

Di era modern seperti sekarang, sudah banyak teknik sales yang digunakan marketer, baik untuk Business to Business (B2B) atau Business to Customer (B2C). Salah satunya ialah cold calling. 

Cold calling adalah salah satu teknik atau metode penjualan dalam dunia sales yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan. Mungkin, istilah cold calling terdengar cukup asing di telinga kamu. Tapi, teknik penjualan ini sudah digunakan untuk waktu yang cukup lama.

💡 Fakta unik:

Seorang sales representative membuat panggilan telepon cold calling sebanyak 33 kali dalam rata-rata per hari. Durasi panggilannya pun beragam, 19% sales bisa hanya membutuhkan waktu 5 menit, dan 26% lainnya bisa menghabiskan waktu 1 jam. Menarik, bukan?

Lalu, sebenarnya apa itu cold calling? Bagaimana teknik ini menjadi populer dalam meningkatkan penjualan? Simak penjelasan CakeResume berikut ya.

Apa itu Cold Calling?
Apa itu Cold Calling?

Apa itu Cold Calling?

Sebelum mengetahui bagaimana cara kerja cold call, mari ketahui terlebih dahulu apa itu cold calling. 

Cold calling adalah panggilan telepon yang berupa ajakan pelanggan potensial yang sebelumnya tidak pernah berinteraksi sama sekali dengan sales representative. Sebagai salah satu bentuk telemarketing, aktivitas cold calling adalah bentuk pemasaran paling tua dan paling umum di dunia sales.

Karena aktivitas cold calling adalah menghubungi pelanggan yang belum pernah berinteraksi dengan perusahaan sama sekali, maka seringkali mendapatkan respon buruk. Hal inilah yang membuat sales representative tertantang dalam melakukan cold call. 

Cara mengatasi respon buruk cold calling adalah dengan melakukan riset secara demografi terlebih dahulu, untuk melihat prospek dan pangsa pasar. Apakah sesuai dengan identifikasi calon konsumen atau belum. Hal ini untuk meningkatkan kecenderungan respon penawaran secara positif.

Ada satu tips penting saat melakukan aktivitas cold calling, yaitu dengan membuka percakapan dengan kalimat “Halo, bagaimana kabarmu belakangan ini?” memiliki tingkat kesuksesan sebesar 10.01% (Gong.io). Waktu yang tepat untuk melakukan cold call adalah antara pukul 16.00 - 17.00. Sedangkan waktu yang kurang tepat adalah 11.00 - 12.00 karena customer cenderung sibuk pada jam kantor (Call Hippo).

Kelebihan dan Kekurangan Aktivitas Cold Calling dalam Bisnis

Inti dari cold calling adalah memperkenalkan dan menawarkan produk atau jasa. Tapi mengapa masih ada perusahaan yang melakukan metode cold calling ini? Terutama pelaku B2B lebih memilih menggunakan metode ini untuk mendapatkan klien.

Kelebihan Cold Calling

  • Karakter cold calling adalah aktif, yang berarti dengan melakukan cold call, reaksi target pelanggan potensial bisa langsung diidentifikasi.
  • Perusahaan bisa langsung menjelaskan berbagai keuntungan dari produk atau jasa yang ditawarkan. Apalagi untuk perusahaan B2B yang lebih kompleks dari B2C.
  • Bagi beberapa orang, terutama yang tergolong dalam pelanggan potensial, sales call dengan metode cold calling ini menunjukkan keseriusan.
  • Di era canggih sekarang, cold calling bisa dilakukan dengan berbagai sales tools yang memadai untuk meningkatkan keberhasilan penjualan.

Kekurangan Cold Calling

  • Rata-rata tingkat konversi atau conversion rate terhadap closing penjualan tergolong rendah.
  • Masih banyak orang maupun instansi yang menganggap cold calling sebagai tindakan spamming yang mengganggu aktivitas.
  • Membuka peluang digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tindakan kejahatan.

 📚 Baca juga: 5 Perbedaan Sales dan Marketing yang Wajib Kamu Ketahui!

Tips Melakukan Cold Calling yang Efektif

Aktivitas cold calling tidak hanya dilakukan dengan telepon saja. Bisa juga langsung mendatangi ke tempat klien, atau melalui email. Berikut beberapa tips untuk menjelaskan apa itu cold call dan bagaimana cara efektif melakukan cold call.

1. Lakukan Riset Sebelum Cold Calling

Riset sebelum cold calling adalah sebuah ritual yang wajib kamu lakukan. Apa saja yang harus kamu cari tahu? Kamu bisa cari tahu informasi penting yang berkaitan dengan klien dan apa yang dibutuhkan klien. Tanpa riset sebelum cold call, kamu akan terlihat egois karena langsung menelepon tanpa mencari tahu terlebih dahulu.

Kamu bisa melakukan riset melalui akun LinkedIn, website perusahaan, media sosial, dan lain-lain. Berikut poin penting yang harus ada di riset pre-cold calling kamu:

Pre-Cold Calling Research Checklist
Pre-Cold Calling Research Checklist

2. Tulis Naskah untuk Cold Calling

Hal penting yang harus kamu ingat ketika membuat naskah cold calling adalah jangan membaca naskah selama percakapan. Jadikan naskah sebagai petunjuk utama untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Buat alur dari pembukaan, isi, dan konklusi. 

Naskah bukan hanya berisi bagaimana kamu menjelaskan penjualan kamu, tapi kamu juga bisa menyiapkan jawab dari kemungkinan pertanyaan yang ditanyakan lawan bicara, seperti:

  • Siapa Anda?
  • Mengapa Anda menelepon saya?
  • Bagaimana saya dapat diuntungkan dari membeli produk atau jasa Anda?
  • Apa yang ingin Anda sampaikan melalui telepon ini?

3. Temukan Waktu Terbaik untuk Cold Call

Waktu cold calling adalah hal penting yang dapat mempengaruhi tingkat kesuksesan cold call. Ketika telepon di saat jam sibuk, maka kemungkinan besar akan diabaikan. Berdasarkan analisis Yesware pada lebih dari 25,000 cold call, mengungkapkan bahwa hari kerja di sore hari merupakan waktu terbaik untuk cold calling.

Mayoritas cold calling yang bisa mencapai hingga lebih dari 5 menit berada di pukul 15.00 - 17.00 pada hari Selasa atau Kamis. Meskipun ada beberapa orang yang lebih efektif melakukan cold calling pada pukul 11.00 - 12.00 menjelang waktu makan siang.

Sebelum menentukan waktu cold calling, kamu harus bisa menganalisis jenis industri yang akan kamu hubungi dan cari tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan cold calling di waktu yang tidak sibuk.

4. Hindari Pembukaan yang Memberikan Kesan “Berjualan”

Kamu punya waktu kurang lebih 10 detik untuk menunjukkan bahwa panggilanmu layak untuk melanjutkan percakapan. Penelitian juga mengungkapkan bahwa rata-rata perhatian orang sekitar 6 detik saja. Kamu harus bisa membedakan diri kamu dari penelepon yang lainnya.

Hindari kalimat pembukaan yang menunjukkan kamu sedang berjualan. Pelanggan potensial akan merasa terganggu dengan penelepon yang berniat untuk berjualan saja. 

 📝 Berikut beberapa contoh kalimat pembuka yang bisa kamu gunakan:

  • Saya melihat postingan Anda di media sosial tentang __________
  • Saya lihat Anda sedang mengembangkan proyek ________
  • Selamat atas promosi jabatan ______
  • Saya sangat terinspirasi dengan pekerjaan proyek Anda _______

5. Follow-up

80% penjualan berhasil setelah kontak beberapa kali. Terkadang closing penjualan tidak terjadi begitu saja seperti sihir. Kamu harus melakukan follow up dengan pelanggan potensial tersebut. Follow up bisa dilakukan dengan panggilan lagi, atau dengan mengirimkan email.

Meskipun pada panggilan cold calling pertama tidak ada kesempatan untuk membuat janji atau meeting selanjutnya, kamu tetap bisa mengirimkan email. Follow-up ini juga bisa menunjukkan keseriusan kamu untuk membantu pelanggan potensial tersebut menemukan kebutuhannya.

6. Pantau Riwayat Panggilan Cold Call

Aktivitas cold calling bukan hanya sekedar melakukan panggilan telepon, tanpa memantau tahap selanjutnya. Kamu harus mencatat setiap aktivitas cold call yang kamu lakukan. Berikut beberapa poin penting yang harus ada di catatan riwayat cold calling:

  • Siapa saja yang kamu telepon?
  • Kapan kamu telepon mereka?
  • Apakah mereka mengangkat telepon kamu?
  • Apakah kamu berhasil membuat janji pertemuan selanjutnya?
  • Sudahkah kamu mengirim email follow-up?

Format ini bisa memudahkan kamu ketika ingin melakukan cold calling untuk banyak pelanggan potensial. Tanpa catatan yang jelas dan sistematis, kamu akan bingung dan mudah lupa pelanggan mana yang sudah ditelepon, dan mana yang belum.

Contoh Cold Calling yang Efektif

Strategi dan teknik memang berguna untuk cold calling, tapi contoh konkrit lebih bermanfaat bagi kamu yang ingin melakukan cold calling. Karena cold calling bukan hanya sekedar teori, kamu harus memberi perhatian khusus pada prakteknya. Berikut contoh cold calling yang bisa kamu praktekkan untuk bisnis kamu:

1. Contoh Cold Calling

Halo, dengan [Nama Sales Representative] dari perusahaan [Nama Perusahaan]. Saya lihat bahwa perusahaan Anda fokus pada kejujuran, dan memprioritaskan layanan pelanggan. Di perusahaan [Nama Perusahaan], kami juga menjunjung hal yang sama. Sudah banyak pelanggan yang mempercayai kami sebagai pilihan atas kebutuhan mereka.

Pelanggan atau organisasi tersebut biasanya percaya dengan hasil seperti meningkatkan penjualan, menghemat operasional, dengan implementasi waktu setelah menggunakan jasa kami. 

Saya ingin mengetahui lebih dalam mengenai kebutuhan Anda secara spesifik, juga memberikan saran bagaimana bisa berhasil mencapai tujuan Anda. Kira-kira kapan waktu yang tepat untuk bisa berbicara lebih lanjut? Apakah saya bisa menghubungi nomor yang sama atau ada nomor lain yang lebih nyaman untuk melanjutkan diskusi? Saya akan mengirimkan email tentang kesediaan waktu untuk diskusi. Anda bisa menjawab melalui email yang saya kirimkan. Terima kasih untuk waktunya.

Dari contoh diatas, kamu bisa melihat bahwa ada beberapa poin yang bisa kamu sorot supaya lebih menarik:

  • Menunjukkan kesamaan ideologi perusahaan dengan perusahaan mereka
  • Mengindikasikan bahwa penelepon mengetahui informasi dasar dan tidak menelepon tanpa pengetahuan apa-apa
  • Tidak menekankan pada produk yang dijual, tetapi memberikan saran tentang waktu yang tepat untuk bisa diskusi lebih lanjut
  • Mengingatkan pelanggan tersebut bahwa kamu akan mengirimkan email follow-up, yang membuat mereka lebih sadar akan email tersebut

2. Contoh Cold Calling via Email

Terkadang, kamu bisa juga menghubungi pelanggan potensial melalui email sebelum menghubungi melalui telepon. Cold email biasanya lebih sulit daripada cold calling. Kamu tidak hanya kehilangan interaksi langsung, bisa saja email kamu masuk ke folder spam sebelum penerima membacanya. 

Oleh karena itu, subjek dan kalimat pembuka email harus menarik agar lebih mudah diketahui. Berikut contoh cold calling via email:

Halo [NAMA],

Saya melihat akun [media sosial] dan ingin tahu apakah Anda bisa membantu saya. Perusahaan [Nama Perusahaan] memiliki solusi untuk [masalah industri di perusahaan target] yang saya kira [Nama Perusahaan] saya bisa membantu. Tetapi saya kesulitan menghubungi orang yang tepat. 

Siapa orang yang tepat untuk diskusi mengenai masalah ini? Saya sangat terbuka dengan berbagai diskusi yang ingin disampaikan. Bagaimana saya dapat menghubungi orang yang tepat?

Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

[Nama Pengirim]

Ingin cari kandidat yang tepat untuk kebutuhan rekrutmen perusahaan kamu? Pasang lowongan kerja di CakeResume gratis! 🎉

Konklusi

Demikian penjelasan tentang apa itu cold call dan contoh cold calling yang efektif. Cold calling memang tidak mudah, kamu harus banyak berlatih menelepon secara efektif untuk meningkatkan keberhasilan. Terkadang gagal melakukan cold calling memang melelahkan, namun kamu harus menjadikan kegagalan tersebut sebagai motivasi kamu untuk memperbaiki teknik menelepon jadi lebih baik. 


CakeResume adalah situs lowongan kerja yang banyak peminatnya dengan jutaan pengguna dari seluruh Indonesia. Pasang lowongan kerja gratis untuk 3 loker pertamamu dan temukan kandidat berkualitas di CakeResume! Atau hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.

--- Ditulis oleh Rachel Vanadya ---

Resume Builder

Build your resume only in minutes!

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles
Interview Skills
Feb 7th 2023

5 Cara Menjawab Berapa Gaji yang Anda Inginkan dalam Interview!

Ditanya "Berapa gaji yang Anda inginkan" saat interview? Kamu dapat menjawab dengan estimasi gaji dan alasanmu seperti “Di pekerjaan saya sebelumnya, saya menerima rata-rata gaji X juta sampai X juta dari fresh graduate hingga...