Retensi Karyawan Adalah: Pengertian, Manfaat, dan Cara Meningkatkannya

Karyawan adalah salah satu aset paling berharga yang dimiliki perusahaan. Kesuksesan perusahaan banyak dipengaruhi oleh kontribusi para karyawan. Untuk itu, perusahaan melakukan berbagai upaya mempertahankan karyawan berkualitas, atau yang kerap disebut retensi karyawan.

Menurut laporan 2023 Workplace Learning Report dari LinkedIn, 93% perusahaan di dunia mengkhawatirkan tingkat retensi karyawan mereka. Selain itu, perbaikan retensi karyawan juga menjadi salah satu dari 4 fokus utama perusahaan-perusahaan global di tahun 2023.

Mengingat pentingnya retensi karyawan bagi bisnis modern, di artikel ini CakeResume akan membahas pengertian, manfaat, cara menghitung, hingga cara meningkatkan retensi karyawan. Yuk, simak selengkapnya!

Apa yang Dimaksud dengan Employee Retention?

Retensi karyawan atau employee retention adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan berkualitas. Dalam jurnal A Study of Employee Retention,  Dr. Sangita Ulhas mendefinisikan retensi karyawan adalah proses memotivasi karyawan agar bertahan dalam jangka waktu yang panjang demi keberlangsungan perusahaan.

Selain retensi karyawan, ada juga istilah talent retention. Talent retention pada dasarnya memiliki pengertian yang sama dengan retensi karyawan, hanya saja istilah yang digunakan berbeda. Dalam konteks manajemen SDM modern, perusahaan terkadang lebih berfokus mencari individu yang memiliki keterampilan khusus atau ‘talent’ untuk mendukung tujuan bisnis.

Manfaat Retensi Karyawan

Mengapa perusahaan melakukan retensi karyawan? Tentu saja karena ada banyak manfaat yang diperoleh perusahaan apabila tingkat retensi karyawan tetap tinggi.

Menjaga employee retention rate and growth adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan profitabilitas dan reputasi perusahaan. Persentase employee retention rate yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk menekan angka turnover karyawan, menghemat pengeluaran, dan meningkatkan produktivitas. Berikut pembahasan manfaat retensi karyawan selengkapnya :

1. Meningkatkan Produktivitas Karyawan

Mayoritas perusahaan dengan tingkat retensi karyawan tinggi lebih produktif dan efisien. Karyawan yang merasa puas dengan kondisi perusahaan, mereka akan berfokus untuk memberikan performa kerja yang terbaik. 

Sebuah riset dari Profesor Srinivas University, Nethravathi P.S menyebutkan bahwa karyawan yang bertahan di satu perusahaan dalam jangka waktu yang lama akan memiliki kemahiran dalam menunjang produktivitas perusahaan. Karyawan dengan masa kerja tinggi di suatu perusahaan juga lebih ‘kebal’ terhadap permasalahan internal maupun eksternal, sehingga produktivitasnya tetap terjaga.

📚 Bacaan lanjutan: Efektif! 10 Cara Meningkatkan Produktivitas Karyawan

2. Meningkatkan Kepuasan dan Kesejahteraan Karyawan

Strategi retensi karyawan yang sukses akan berdampak positif bagi peningkatan kepuasan dan kesejahteraan karyawan. Karyawan yang setia dengan satu perusahaan dalam jangka waktu yang lama cenderung merasa puas dan dihargai. Hal ini meningkatkan kebahagiaan dan motivasi kerja karyawan yang menciptakan atmosfer positif di tempat kerja, meningkatkan moral, dan mengurangi tingkat stres.

3. Mengurangi Biaya Pengeluaran

Menjaga employee retention rate adalah cara efektif untuk menghemat biaya rekrutmen karyawan baru. Jika pergantian karyawan jarang dilakukan, maka perusahaan tak perlu mengeluarkan biaya untuk memasang iklan dan mewawancarai kandidat baru. 

Menurut data dari Work Institute’s 2017 Retention Report (via EBN), rata-rata perusahaan mengeluarkan dana sebesar 33% dari gaji tahunan karyawan yang diganti posisinya. Saat rumus ini diterapkan di karyawan kelas menengah dengan gaji 120 juta per tahun, maka perusahaan memerlukan biaya sekitar 39,6 juta untuk menggantikan satu orang karyawan. Ini tentu bukanlah jumlah yang sedikit untuk proses rekrutmen karyawan baru.

Perusahaan juga dapat menghemat waktu dan anggaran untuk orientasi dan pelatihan karyawan baru. Seperti yang diketahui, setiap karyawan baru membutuhkan adaptasi terhadap struktur dan budaya kerja di perusahaan. Hal ini dapat diminimalisir dengan program retensi karyawan yang membuat SDM di perusahaan lebih stabil dari segi kuantitas dan produktivitasnya.

4. Meningkatkan Pendapatan

Tujuan akhir dari perbaikan tingkat retensi karyawan adalah peningkatan pendapatan dan keuntungan perusahaan. Karyawan loyal yang bertahan di sebuah perusahaan dengan jangka waktu yang lama memiliki tingkat kemahiran dan produktivitas lebih tinggi.

Retensi karyawan memiliki dampak positif yang berlipat ganda bagi perusahaan. Dengan tingkat employee retention tinggi, perusahaan mendapat efisiensi manajemen SDM sekaligus peningkatan produktivitas. Hal ini berdampak pada profitabilitas perusahaan dimana karyawan loyal menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan baru dengan waktu kerja yang lebih panjang.

Menurut riset dari perusahaan konsultan HR Gallagher, employee retention adalah prioritas operasional utama perusahaan asal Amerika Serikat di tahun 2023. Studi ini juga menemukan bahwa perusahaan kini lebih memprioritaskan peningkatan retensi karyawan dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan ataupun penjualan. 

Penyebab Rendahnya Retensi Karyawan

Laporan riset LinkedIn berjudul 2023 Workplace Learning Report menunjukan 93% perusahaan di berbagai belahan negara mengkhawatirkan retensi karyawan mereka. Hal ini dikarenakan retensi karyawan yang rendah berpotensi memakan biaya operasional yang cukup besar dan merugikan reputasi perusahaan di mata pencari kerja.

Rendahnya retensi karyawan dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Setelah pandemi, LinkedIn menemukan adanya pergeseran faktor penyebab rendahnya retensi karyawan. Berikut merupakan 5 faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya retensi karyawan di suatu perusahaan:

1. Kompensasi dan Benefit Rendah

Faktor kompensasi dan benefit rendah masih menjadi faktor nomor 1 yang menyebabkan seorang karyawan mencari pekerjaan baru. Perusahaan yang memberikan benefit rendah membuat banyak karyawan tidak betah. Pasalnya, tren pasca pandemi membuat banyak karyawan yang mencari benefit kerja hybrid dan work-from-home dengan alasan kesehatan, keluarga, ataupun efektivitas kerja.

Selain itu, banyak karyawan mencari pekerjaan baru ketika mengetahui perusahaan tempatnya bekerja pelit dalam hal kompensasi. Adapun kompensasi perusahaan yang dimaksud meliputi gaji, bonus, tunjangan, fasilitas karyawan, cuti, asuransi, dll. 

📚 Bacaan lanjutan: Employee Benefit: Apa Saja Tunjangan yang Diberikan Kepada Karyawan?

2. Lingkungan Kerja Toxic

Lingkungan kerja toxic dapat menjadi faktor penyebab rendahnya retensi karyawan. Perusahaan dengan budaya kerja toxic menimbulkan ketakutan, stres, hingga depresi pada karyawan. Pada akhirnya, karyawan merasa tidak aman dan memilih meninggalkan kantor demi kesehatan mental mereka.

Menurut survei yang dilakukan oleh Careerplug, 72% karyawan akan memilih meninggalkan perusahaan dengan lingkungan kerja toxic. Selain demi kesehatan mental, meninggalkan kantor toxic juga bertujuan untuk membuka kesempatan dan perkembangan karir karyawan.

3. Jenjang Karir Tidak Jelas

Mayoritas karyawan menginginkan jenjang karir yang jelas di perusahaan tempatnya bekerja. Perusahaan yang tidak menyediakan kesempatan promosi dan jenjang karir yang jelas akan ditinggal oleh para karyawannya.

Ketika seorang karyawan mengalami stagnasi dari segi karir di suatu perusahaan, mereka cenderung mencari tempat kerja baru yang memberi tanggung jawab dan posisi yang lebih tinggi. Hasil survei LinkedIn menunjukan bahwa mayoritas karyawan berumur 18-34 tahun mendambakan perusahaan dengan jenjang karir yang jelas.

4. Minim Kesempatan untuk Belajar Skill Baru

Bagi karyawan muda, kesempatan belajar dan mengembangkan skill baru sangat penting bagi pertumbuhan karir. Setiap karyawan berhak mendapatkan dukungan dari tempat kerja untuk mempelajari keterampilan baru, mendapat proyek lebih besar, atau memperluas jaringan relasi mereka.  Perusahaan yang tak mampu menyediakan hal ini akan ditinggalkan karyawan, sehingga tingkat retensi karyawan menurun.

5. Perusahaan Tak Mendukung Work Life Balance

Work Life Balance adalah istilah yang merujuk pada kondisi seimbang antara pekerjaan, kehidupan personal, keluarga, dan tanggung jawab lain yang dijalani oleh seseorang. Perusahaan yang tidak mendukung karyawannya mencapai work life balance berpotensi lebih besar untuk ditinggalkan karyawan.

Menurut hasil survei LinkedIn, karyawan dengan rentang umur 35-49 tahun menjadikan pemenuhan work life balance sebagai salah satu faktor penentu untuk mencari pekerjaan baru. Ketika perusahaan gagal mewujudkan work life balance bagi karyawan, tingkat retensi karyawan juga akan menurun.

Cara Menghitung Retensi Karyawan

Tingkat retensi karyawan sering dinyatakan dalam bentuk persentase. Hal ini bertujuan untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat retensi suatu perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan X memiliki tingkat retensi karyawan sebesar 75% yang berarti bahwa perusahaan ini mampu 75% karyawannya dalam periode tertentu. 

Ada banyak rumus yang digunakan oleh HR untuk menentukan tingkat retensi karyawan, tergantung dengan kebutuhan perusahaan. Berikut merupakan salah satu rumus yang populer digunakan untuk menghitung retensi karyawan.

Rumus menghitung retensi karyawan:

Jumlah karyawan di akhir periode dibagi jumlah karyawan di awal periode. Hasil dari pembagian dikali 100 untuk mendapat tingkat retensi di periode tertentu.

Contoh perhitungan:

Perusahaan X memiliki 84 karyawan di 1 Januari 2022. Jumlah ini berkurang menjadi 72 karyawan di akhir periode yaitu 31 Desember 2023. Berapa tingkat retensi karyawan perusahaan X?

(72 : 84) x 100 = 85,7%

retensi-karyawan-adalah

Cara Meningkatkan Retensi Karyawan

Upaya peningkatan retensi karyawan perlu melibatkan kerja sama berbagai pihak, terutama divisi HR dan L&D. Divisi ini bertanggung jawab merancang program retensi karyawan yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.

Meski sudah banyak artikel yang membahas contoh program retensi karyawan, tapi tidak semuanya relevan dengan kebutuhan perusahaan. Namun, kamu tak perlu khawatir karena CakeResume memiliki 8 cara meningkatkan retensi karyawan berikut ini.

1. Buat Proses Onboarding yang Baik

First impression lasts forever adalah sebuah istilah yang menggambarkan pentingnya kesan pertama saat bertemu dengan orang baru dan lingkungan baru. Istilah ini juga berlaku dalam onboarding karyawan baru, dimana proses onboarding cenderung mempengaruhi cara pandang karyawan terhadap perusahaan secara keseluruhan.

Menurut laporan riset Brandon Hall Group, proses onboarding yang baik meningkatkan retensi karyawan baru sebesar 82% dan menunjang produktivitas hingga lebih dari 70%. Studi dari Harvard Business Review juga menyoroti bahwa organisasi dengan proses onboarding yang terstandarisasi mendapatkan manfaat retensi karyawan baru yang lebih tinggi hingga 50%.

Menurut situs Forbes Advisor, onboarding yang baik adalah upaya kolaboratif yang melibatkan anggota tim dalam membantu karyawan baru untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja. Selain itu, tim HR juga bisa mengenalkan budaya kerja positif perusahaan untuk memotivasi karyawan baru dan membuat mereka lebih dekat dengan nilai penting perusahaan.

2. Bangun Lingkungan Kerja yang Sehat

World Health Organization (WHO) mendefinisikan lingkungan kerja sehat adalah tempat di mana karyawan dan pemberi kerja saling berkolaborasi untuk terus mempromosikan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan serta sustainability tempat kerja.

Dalam podcast American Psychological Association (APA), Asisten Direktur untuk Psikologi Terapan APA David Ballard mengungkapkan, lingkungan kerja yang sehat mendorong kesehatan dan kesejahteraan karyawan serta mendongkrak performa organisasi.

Lingkungan kerja yang baik dan sehat membuat karyawan nyaman, terhubung, dan lebih produktif. Hal ini juga berdampak positif bagi upaya peningkatan retensi karyawan di suatu perusahaan. Untuk menciptakan tempat kerja yang baik dan sehat, perusahaan dapat memperbaiki beberapa aspek di bawah ini:

  • Keterlibatan karyawan
  • Peluang pertumbuhan dan pengembangan
  • Inisiatif kesehatan dan keselamatan
  • Work-life balance
  • Pengakuan terhadap karyawan
  • Komunikasi efektif
  • Pengakuan capaian karyawan

3. Beri Kesempatan untuk Belajar dan Berkembang

Menurut survey LinkedIn Workplace Learning Report 2023, perusahaan global kini memprioritaskan untuk menyediakan kesempatan belajar dan berkembang bagi karyawannya. Cara ini ditempuh sebagai utama meningkatkan retensi karyawan sekaligus meningkatkan performa perusahaan.

Karyawan yang mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar dan berkembang cenderung bertahan di suatu perusahaan karena mereka mendapat keuntungan berupa pengalaman dan kompetensi baru. Laporan survei LinkedIn mencatat ada 3 hal menarik untuk dipelajari karyawan, yakni:

  • Belajar bertumbuh dan menjadi ahli di suatu peran atau posisi
  • Belajar kompetensi baru untuk mencapai tujuan karir
  • Belajar beradaptasi dengan tantangan dunia

4. Bangun Budaya Komunikasi Terbuka

Menurut penelitian, iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh besar terhadap tingkat retensi karyawan. Budaya komunikasi terbuka juga menjadi langkah penting untuk membentuk tim yang harmonis dan kolaboratif, sekaligus meningkatkan retensi karyawan. Budaya komunikasi terbuka tidak hanya berlaku untuk komunikasi horizontal antar karyawan, tapi juga komunikasi vertikal antara atasan dan bawahan.

Dilansir dari jurnal Communication and Employee Retention karya Robin Adair Erickson, perusahaan bisa menerapkan beberapa program sebagai berikut:

  • Mengadakan meeting rutin dengan karyawan, supervisor, dan HR
  • Mengadakan interview ke karyawan terkait alasan bertahan secara berkala
  • Memberikan feedback performa karyawan, atasan, dan perusahaan
  • Membatasi informasi bersifat gosip dan rumor di lingkungan perusahaan

5. Tawarkan Gaji dan Insentif yang Kompetitif

Penawaran gaji dan insentif yang kompetitif ke karyawan adalah salah satu cara paling cepat dan efektif dalam meningkatkan retensi karyawan. Pasalnya, sudah banyak penelitian yang mengungkap bahwa gaji dan benefit adalah faktor utama karyawan bertahan di suatu perusahaan. Hal ini wajar karena bagaimanapun motivasi utama karyawan bekerja adalah untuk mencari uang. 

Perusahaan melalui tim HR bisa memberikan penawaran peningkatan gaji dan insentif sesuai dengan performa dan impact yang diberikan karyawan. Selain itu, besaran peningkatan gaji dan insentif juga perlu disesuaikan dengan masa kerja, ketetapan pemerintah, dan gaji perusahaan atau kompetitor lain.

6. Apresiasi Kontribusi Karyawan

Setiap karyawan memiliki rasa ingin dihargai atas hasil kerja dan kontribusinya bagi perusahaan. Memberikan apresiasi atas kontribusi karyawan dapat memberi dampak positif bagi perusahaan seperti peningkatan produktivitas, pendapatan, hingga peningkatan retensi karyawan.

Menurut studi dari Gallup dan Workhuman, apresiasi dari perusahaan dapat meminimalisir burnout, mencegah karyawan mencari pekerjaan baru, dan mendorong karyawan untuk lebih berkembang. Melalui program apresiasi yang adil dan inklusif, perusahaan mampu meningkatkan kesejahteraan sekaligus tingkat retensi karyawan.

Namun, pemberian apresiasi tidak bisa dilakukan secara asal-asalan atau formalitas belaka. Pasalnya, mayoritas karyawan dapat membedakan secara nyata apresiasi yang otentik dan apresiasi ‘formalitas’. 

Dilansir dari CNBC, Direktur Global Human Resource ADP, Amy Freshman tidak menyarankan penggunaan kata-kata pujian kosong seperti ‘great job’, ‘keren’, atau semacamnya. Menurut Amy, apresiasi yang baik dapat dilakukan dengan cara memberi feedback positif tentang hal-hal spesifik yang dilakukan karyawan, memberitahu dampak positif yang dihasilkan karyawan bagi tim atau perusahaan, dan memberikan pujian yang tulus kepada karyawan.

7. Promosikan Work Life Balance

Survei LinkedIn menunjukan bahwa dukungan work life balance sangat diperlukan oleh karyawan muda dan karyawan senior untuk menunjang produktivitas sekaligus mencegah stres, depresi, dan burnout. Mempromosikan dukungan work life balance mempunyai korelasi positif dengan upaya menyejahterakan kesehatan mental karyawan. Ketika upaya realisasi work life balance telah tercapai, potensi karyawan untuk berpindah ke perusahaan lain cenderung menurun. Dengan kata lain, perusahaan juga mendapat manfaat peningkatan retensi karyawan.

8. Tawarkan Jam Kerja Fleksibel

Pasca pandemi, terjadi perubahan pola kerja karyawan yang signifikan. Di beberapa sektor industri, karyawan cenderung memprioritaskan efektifitas dan efisiensi kerja untuk mendongkrak produktivitas. Patokan jam kerja juga diatur menjadi lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan.

Perusahaan dapat mengambil manfaat dari perubahan pola kerja ini untuk meningkatkan retensi karyawan. Tim HR bisa menawarkan jam kerja fleksibel untuk membuat karyawan merasa lebih produktif dan nyaman saat bekerja.

Kendati demikian, akan ada banyak tantangan saat perusahaan memberikan benefit jam kerja fleksibel bagi karyawan. Misalnya, koordinasi dan kolaborasi tim akan lebih sulit ketika perusahaan menerapkan jam kerja yang fleksibel. Selain itu, beban kerja dan stres bisa menghinggapi karyawan karena jam kerja yang tidak teratur. Untuk mengatasi tantangan ini, tim HR perlu menyusun regulasi agar jam kerja flexible menjadi lebih efektif untuk dijalankan. 

📚 Bacaan lanjutan: Apa itu Employee Engagement dan Contohnya di Perusahaan, Lengkap!

Kesimpulan

  • Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan berkualitas.
  • Employee retention rate yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk menekan angka turnover karyawan, menghemat pengeluaran rekrutmen, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan revenue.
  • Tingkat retensi karyawan sering dinyatakan dalam bentuk persentase. Perusahaan bisa menghitung tingkat retensi karyawan dengan rumus jumlah karyawan di akhir periode dibagi jumlah karyawan di awal periode, kemudian hasil dari pembagian dikali 100.
  • Rendahnya retensi karyawan dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal, seperti benefit rendah, lingkungan kerja toxic, jenjang karir tidak jelas, tak ada kesempatan belajar skill baru, dan tak ada dukungan work life balance.
  • Upaya peningkatan retensi karyawan perlu program yang komprehensif dan melibatkan kerja sama berbagai pihak, terutama divisi HR dan L&D.

CakeResume adalah situs lowongan kerja yang banyak peminatnya dengan jutaan pengguna dari seluruh Indonesia. Pasang lowongan kerja gratis untuk 3 loker pertamamu dan temukan kandidat berkualitas di CakeResume! Atau hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.

--- Ditulis Oleh Gama Prabowo ---

Kami ingin menjawab pertanyaan Anda. Dapatkan demo online yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan rekrutmen Anda:
  1. Temukan dan tarik kandidat terbaik
  2. Rekrut dalam waktu singkat
  3. Kelola proses rekrutmen Anda dalam satu sistem

Resume Builder

Build your resume only in minutes!

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles
Interview Skills
Apr 12th 2024

5 Cara Menjawab Berapa Gaji yang Anda Inginkan dalam Interview!

Ditanya "Berapa gaji yang Anda inginkan" saat interview? Kamu dapat menjawab dengan estimasi gaji dan alasanmu seperti “Di pekerjaan saya sebelumnya, saya menerima rata-rata gaji X juta sampai X juta dari fresh graduate hingga...